Proposall PKL Manajemen Perkandangan Sapi Perah

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Indonesia merupakan negara sedang berkembang yang memiliki karakteristik laju pertumbuhan ekonomi yang cukup baik dibarengi dengan laju pertumbuhan yang pesat. Peningkatan jumlah penduduk saat ini memberikan dampak yang besar terhadap peningkatan permintaan (demand) produk pangan masyarakat. Perkembangan masyarakat yang lebih maju dari segi pendapatan maupun tingkat pengetahuan, menyebabkan masyarakat cenderung meningkatkan konsumsi pangan yang mengandung gizi. Salah satu produk pangan yang terus mengalami peningkatan permintaan setiap tahunnya adalah susu. Peningkatan tersebut ditandai dengan meningkatnya konsumsi susu per kapita dari tahun ke tahun, mulai dari 5,79 kg/kapita pada tahun 2001 dan meningkat menjadi 6,8 kg/kapita pada tahun 2005 (Ditjen Bina Produksi Peternakan, 2009).
Pengembangan sektor peternakan khususnya usaha ternak sapi perah di Indonesia saat ini perlu dilakukan karena kemampuan pasok susu peternak lokal saat ini baru mencapai 25 persen sampai 30 persen dari kebutuhan susu nasional (Direktorat Jenderal Peternakan, 2007). Sapi perah merupakan jenis sapi yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan susu sebanyak-banyaknya diantara hasil samping lainnya. Sapi perah memiliki ciri-ciri seperti bentuk badan segitiga seperti baji, produksi susu tinggi, kulit tipis serta longgar, memiliki kapasitas perut yang besar sehingga dapat menampung pakan dalam jumlah banyak, kemampuan memproduksi susu tinggi, memiliki ambing yang besar serta tulang rusuk menonjol (Syarif dan Sumoprastowo, 1984).
Manajemen perkandangan merupakan salah satu hal yang penting dalam upaya peningkatan produk susu sapi perah. Perkandangan merupakan kompleks tempat tinggal ternak dan pengelola yang digunakan untuk melakukan kegiatan proses produksi dari sebagian atau seluruh kehidupan ternak dengan segala fasilitas dan peralatannya (Sudarmono, 1993). Pembuatan kandang sapi perah diperlukan beberapa persyaratan yaitu : terdapat ventilasi, memberikan kenyamanan sapi perah, mudah dibersihkan, dan memberi kemudahan bagi pekerja kandang dalam melakukan pekerjaannya (Siregar, 1990).
Perkandangan juga harus memenuhi syarat konstruksi kandang kuat, sirkulasi udara, sinar matahari yang cukup, drainase dan tempat pembuangan limbah yang baik, dekat dengan sumber air dan tidak menganggu fungsi lingkungan (Direktorat Perbibitan Ternak, 2012). Kandang didirikan  untuk melindungi ternak dari hujan dan sengatan sinar matahari yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan kesehatannya. Keseimbangan energi dari hewan sangat dipengaruhi oleh suhu pertukaran di dalam kandang, kelembaban, makanan, kebasahan, kelembaban lantai kandang dan ketebalan kulit dari hewan itu sendiri (Sudarmono, 1993).
Sebagian besar sapi-sapi perah yang ada di Indonesia adalah sapi bangsa Friesian Holstein yang didatangkan dari negara-negara Eropa yang memiliki iklim sedang dengan kisaran suhu termonetral rendah (130 – 250C). Sapi peranakan Friesian Holstein merupakan persilangan sapi Friesian Holstein dengan sapi-sapi lokal di Indonesia. Friesian Holstein yang dipelihara di Indonesia mempunyai ciri memiliki sifat tenang, jinak, pejantan agak liar dan ganas, tidak tahan panas tetapi lebih mudah menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan, cenderung mempunyai sifat merumput baik di padang rumput yang baik saja, bila kurang baik kualitasnya daya meruputnya juga rendah, memiliki produksi susu yang tinggi rata-rata 6000 liter perlaktasi (Makin, 2011).
Mengingat pentingnya  memperhatikan  manajemen perkandangan sapi perah bagi peningkatan hasil produksi, maka dilakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dengan judul “Manajemen Perkandangan Sapi perah di UPT Pembibitan dan Penggemukan Ternak Sapi Terunen”.
B.  Tujuan Praktek Kerja Lapangan
Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan oleh mahasiswa bertujuan untuk:
1.      Mengetahui manajemen perkandangan di UPT Pembibitan Dan Penggemukan Sapi Terunen meliputi kontruksi  kandang; arah kandang, lantai kandang, atap kandang, dan dinding kandang.
2.      Mengaplikasikan ilmu yang di dapat dibangku perkuliahan dengan kondisi di lapangan.
3.      Menjadikan kepribadian yang disiplin, mandiri dan bertanggung jawab terhadap kewajiban dalam menyelesaikan tugas.



C. Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) yaitu:
1.      Mahasiswa dapat mengetahui manajemen perkandangan yang benar dan baik meliputi desain kontruksi kandang, tata letak bangunan kandang, bahan dan perlengkapan kandang
2.      Meningkatkan pemahaman secara kognitif mengenai korelasi antara teori dengan aplikasinya serta faktor-faktor yang mempengaruhi sehingga dapat bermanfaat ketika mahasiswa mengaplikasikannya di dunia kerja kelak
3.      Menambah wawasan yang berhubungan dengan dunia kerja agar mahasiswa menjadi individu yang memiliki inovasi dan keterampilan
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sapi Perah
Sapi perah di Indonesia sebagian besar adalah dari jenis Friesian Holstein  (FH) dan hasil persilangannya dengan sapi lokal. Pemeliharaan jenis sapi perah Friesien Holstein memang sangat tepat ditinjau dari produksi susunya karena sapi ini memiliki produksi susu yang paling tinggi bila dibandingkan dengan jenis sapi perah lainnya (Mahaputra, 1983). Secara umum sapi perah mempunyai faktor genetik dan sifat-sifat yang baik untuk produksi susu. Sapi yang terkenal dengan produksi susu yang tinggi berasal dari keturunan Bos Taurus, diantaranya adalah sapi Fries Holland (Syarief dan Sumoprastowo, 1985).
Pemeliharaan sapi perah dapat di bedakan menjadi 3, yaitu pada pemeliharaan pedet, sapi dara, dan sapi laktasi. Pada pemeliharaan pedet, kolostrum sangat penting khususnya bagi pedet yang baru saja lahir, karena : kolostrum kaya akan protein (casein) dibandingkan susu biasa, yang dibutuhkan pedet untuk pertumbuhan tubuh, kolostrum mengandung vitamin A, B2, C dan vitamin–vitamin yang sangat diperlukan pedet, dan kolostrum (Tilman,et al.,1998).
Satu fase yang paling penting dari produksi ternak perah adalah pemberian pakan dan manajemen pedet. Manajemen yang baik dapat menekan mortalitas 3-5%. Banyak pedet mati karena kesalahan nutrisi, perkandangan dan manajemen yang tidak benar. Pemberian pakan, manajemen dan sanitasi yang baik dapat menurunkan mortalitas hingga hanya 2,7%(1,4% pada waktu lahir dan selama 24 jam pertama, dan 1,3% setelah 24 jam) (Henny Leondro, 2015).
Sapi perah dara yang berumur 12 bulan akan tumbuh dengan baik apabila hijauan yang diberikan berkualitas baik, sehingga perlu diupayakan sebelum umur 12 bulan sapi dara harus memiliki nafsu makan yang kuat, rumen yang sehat dan kuat. Apabila pakan yang diberikan baik, sapi dara akan menunjukkan birahi pertama sekitar umur 12 bulan. Pencatatan reproduksi harus dilakukan mulai birahi pertama, sehingga dapat dideteksi perkiraan berikutnya (Henny Leondro, 2015).
Masa laktasi adalah masa sapi sedang berproduksi. Sapi mulai memproduksi susu  setelah  beranak. Selama masa laktasi berlangsung, baik produksi susu masa laktasi pertama dan selanjutnya sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya managemen pada masa laktasi, rangsangan pemerahan, pengaturan kering kandang, pencegahan terhadap penyakit, frekuensi pemerahan, pengaturan kelahiran dan perkawinan (Henny Leondro, 2015).
Kriteria pemilihan pembibitan sapi perah yang baik dapat ditinjau dari dua hal yaitu pemilihan bibit dara dan pemilihan bibit pejantan. Syarat bibit dara yaitu : 1) produksi susu tinggi, 2) umur 3,5-4,5 tahun dan sudah pernah beranak, 3) berasal dari induk dan pejantan yang memiliki produksi susu tinggi, 4) matanya bercahaya, punggung lurus, bentuk kepala baik, jarak kaki depan dan belaknag cukup lebar dan kuat, 5) ambing cukup besar, pertautan pada tubuh cukup baik, apabila diraba lunak, kulit halus, vena susu banyak, panjang dan berkelok-kelok, puting susu tidak lebih dari 4, terletak dalam segi empat yang simetris dan tidak terlalu pendek, 6) sehat dan bukan pembawa penyakit menular, 7) tiap tahun beranak (Direktorat Pakan Ternak, 2012)
Syarat bibit pejantan yang baik yaitu : 1) umur 4-5 tahun, 2) memiliki kesuburan tinggi, 3) daya menurunkan sifat produksi yang tinggi kepada anak-anaknya, 4) berasal dari induk dan pejantan yang baik, 5) Besar badan sesuai umur, dan kuat, 6) muka sedikit panjang, pundak sedikit tajam dan lebar, 7) kepala lebar, leher besar, pinggang lebar, punggung kuat, 8) dada lebar, 9) badan panjang, dada dalam, lingkar dada dan perut lebar, sehat (Direktorat Pakan Ternak, 2012)
B.  Perkandangan Sapi Perah
1.    Fungsi Kandang Sapi Perah
Kandang memiliki fungsi diantaranya yaitu: 1) Melindungi ternak dari perubahan cuaca atau iklim yang ekstrem (panas, hujan dan angin); 2)  Mencegah dan melindungi ternak dari penyakit;  3) Menjaga keamanan ternak dari pencurian; 4) Memudahkan pengelolaan ternak dalam proses produksi seperti pemberian pakan, minum, pengelolaaan kompos dan perkawinan; dan 5)  Meningkatkan efisiensi penggunaan tenaga kerja (Rasyid dan Hartati, 2007). Bangunan kandang didasarkan pada keperluan usaha sapi perah, dan pembangunannya ditujukan untuk mengurangi penggunan waktu dalam pemeliharaan, efisiensi kerja dan tenaga kerja.
2. Standarisasi Kandang
a. Efektivitas Pemilihan Lokasi
Pertimbangan yang harus dilakukan dalam memilih lokasi untuk pembuatan kandang antara lain adalah; 1) Dekat dengan sumber pakan;  2) Jalur transportasi yang mudah di akses, untuk memudahkan membawa pakan ternak; 3) Tersedianya sumber air yang cukup untuk minum, mandi ternak dan membersihkan kandang;  4) Relatif  jauh dari jalan umum; 5) Limbah ternak yang mudah di alirkan, dan; 6) jauh dari keramaian ( Rasyid dan Hartati, 2007).
b. Kontruksi Kandang
1).  Arah Kandang
Sedapat mungkin kandang dibangun menghadap ke timur supaya pada waktunya sinar pagi dapat memancarkan cahaya secara leluasa masuk ke dalam kandang. Kita ketahui bahwa sinar matahari pagi berguna untuk membasmi bibit penyakit dan membantu proses terbentuknya vitamin D di dalam tubuh (Ngadiyono, 2007).
Sinar  ultraviolet penting karena berfungsi sebagai pembasmi kuman penyebab bibit-bibit penyakit. Sinar pagi ini besar pengaruhnya terhadap kehidupan ternak karena membantu proses pembentukan vitamin D di dalam tubuh, unsur ultraviolet  berfungsi sebagai desinfektan dan pembasmi bibit penyakit, serta mempercepat proses pengeringan kandang yang basah akibat air kandang maupun air kencing ternak tersebut (Sugeng, 1993).
2). Lantai Kandang
Lantai kandang hendaknya dibuat cukup kuat dan dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dalam pembersihannya, disamping itu untuk lantai ternak sapi dibuat miring tidak lebih dari 5% artinya  perbedaan  tinggi  antara  lantai  depan dengan  lantai  belakang  pada  setiap  panjang  lantai 1 meter tidak boleh lebih dari 5 cm. Tujuannya agar air kencing, air bekas memandikan ternak, air bekas mencuci kandang, atau air lainnya yang ada di dalam kandang dapat mengalir keluar dengan mudah. Syarat kandang yang baik antara lain: tidak licin agar ternak tidak tergelincir, tidak becek, tidak terlalu keras dan tidak terlalu kasar. Sedangkan bahan-bahan untuk membuat lantai kandang untuk ternak ruminansia antara lain: tanah yang dipadatkan, papan, semen untuk mengecor lantai kandang dan lain-lain (Sukmawati dan Kaharudin, 2010).
3). Atap Kandang
Atap kandang berfungsi untuk menghindarkan panas dan hujan. Atap kandang diusahakan dari bahan yang awet, memberi kehangatan bagi ternak pada waktu malam hari. Atap kandang dapat menggunakan genting, seng, asbes, rumbia, ilalang  maupun  ijuk. Gunakan bahan atap kandang yang harganya murah, mudah didapat, tahan lama, panas matahari dapat ditahan dengan baik, sehingga tidak langsung mempengaruhi panas ruangan kandang (Sugeng, 1993).
Apabila atap kandang dari bahan seng gunakanlah seng yang jenisnya bergelombang, begitu pula konstruksi kandang harus tinggi agar panas tidak langsung mempengaruhi ternak yang tinggal di dalamnya. Atap kandang dari bahan rumbia dan ilalang pemasangannya kurang praktis dan tidak tahan lama, sehingga jarang digunakan oleh peternak yang skala usaha besar. Akan tetapi sering dijumpai di lapangan atau masyarakat yaitu pada petani peternak yang skala usahanya kecil. Agar sirkulasi udara di dalam kandang ternak dapat berjalan lancar, maka model atap kandang ternak ruminansia sebaiknya dibuat monitor atau semi monitor (Hartati. 2007).
Bahan  atap  yang  berasal  dari  daun  kelapa  dan alang-alang  perlu  lebih  miring berkisar 30% sehingga air hujan yang jatuh dapat segera mengalir.  Sedangkan atap seng dan  asbes kemiringan minimal 15% untuk dapat menjamin air hujan dapat mengalir dengan baik. Daerah kering beriklim kering sebaiknya ketingggian atap kandang lebih dari 3,5 meter untuk menjamin sirkulasi udara didalam kandang (Rasyid dan Hartati, 2007).
4). Dinding Kandang
Pada umumnya kontruksi kandang di Indonesia ini tidak selalu terbuka, artinya tak seluruh kandang yang ada di Indonesia ini tertutup oleh dinding. Namun demikian perlu diperhatikaan bahwa fungsi dinding adalah sebagai penahan dingin, atau pengatur suhu dalam kandang juga menahan angin, menahan air hujan agar tidak masuk ke dalam kandang. Di samping itu kandang juga berfungsi sebagai pengatur atau pemisah antar hewan yang bebeda-beda.  Hal yang perlu diperhatikan pada konstruksi dinding kandang ternak adalah di buat sedemikian rupa sehingga di dalam kandang terdapat udara yang segar dan dalam keadaan nyaman, cahaya matahari dapat masuk di dalam ruangan kandang, ternak yang ada di dalam kandang dapat dilihat dengan mudah. Konstruksi dinding kandang ternak dibuat sedemikian rupa sehingga sesuai dengan jenis dan karakteristik ternak yang dipelihara serta tujuan akhir dari usaha tersebut. Sedangkan bahan untuk dinding kandang dapat terbuat dari tembok, papan, kayu, bambu, dan lain sebagainya (Rasyid dan Hartati, 2007).
Pembuatan dinding kandang harus disesuaikan dengan ventilasi yang akan digunakan, karena lewat ventilasilah udara dan sinar matahari masuk kedalam kandang, masuk keluarnya udara dan sinar matahari ini harus dipertimbangkan dengan teliti. Sebisa mungkin tidak terhalang oleh dinding yang akan kita buat, serta untuk ketinggian dinding yang kita buat harus melebihi tinggi dari ternak yang kita pelihara didalam kandang tersebut. Ada beberapa macam bahan yang bisa dibuat dinding kandang tetapi bahan tersebut harus memiliki manfaat dan menjamin hidup ternak, serta nilai ekonomis dari bahan itu sendiri. Bahan-bahan itu umumnya terbuat dari anyaman bambu, dari papan tembok, dan sebagainya (Sugeng, 1994)


METODE PELAKSANAAN
A.           Waktu dan Tempat
Praktek Kerja Lapangan ini dilaksanakan pada tanggal 20 Juni 2016 sampai dengan 12 Agustus 2016. Lokasi pelaksanaan PKL dilakukan di UPT Pembibitan dan Penggemukan Ternak Sapi Terunen (BITMUKNAK) di desa Bumi Harapan kecamatan Sepaku kabupaten Penajam Paser Utara
B.            Materi
Materi yang digunakan dalam praktek kerja lapangan ini adalah lokasi perkandangan sapi perah yang ada di UPT Pembibitan dan Penggemukan Ternak Sapi Terunen. Termasuk kandang, perlengkapan kandang, serta tenaga kerja di tempat tersebut.
C.           Metode
Metode yang digunakan oleh mahasiswa dalam Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah metode pengamatan dan partisipasi aktif dalam kegiatan rutin secara pencatatan data di UPT. Data berupa data primer dan data sekunder. Data primer pengamatan, gambar kandang, ukuran kandang, foto kandang, luas areal kandang, wawancara dengan kepala UPT dan pegawainya. Data primer meliputi sejarah, potensi, keadaan umum perkandangan, peralatan dan perlengkapan kandang, sanitasi kebersihanserta tata laksana pemeliharaan. Data sekunder diperoleh dari catatan yang ada di perusahaan meliputi prasarana peternakan yang di miliki, volume dan kapasitas pembangunan kandang, efisien nilai guna tanah untuk lokasi perkandanga



Komentar